C:\Users\Ultrabook\Documents\DDLK\Resensi Buku_ Demonstran Dari Lorong Kambing _ amriltg.1 _ Indonesiana.html
Showing posts from Author: Amran Razak
show all posts“Saya bersedia mengundurkan diri jika itu penyelesaiannya. Mohon maaf saya sebentar lagi pensiun, tapi jangan korbankan institusi Polri” (Irjen Adang Rochjana – Kapolda Sulselbar) *** Sejak awal dirinya selalu dibayang-bayangi omongan seorang sahabatnya, agar tak berminat mencalonkan diri sebagai Ketua […]
Jelang tiga hari berlalunya kepergian almarhum Prof.A.Amiruddin, begitu banyak orang menulis tentang almarhum di berbagai media. Selama tiga hari itu pula, desakan menulis tentang almarhum terus menusuk kalbunya. Masalahnya, kenangan dirinya bersama almarhum Prof. A. Amiruddin akan terasa berbeda dengan […]
Makassar, Februari 1997 Kecemasan merasuki segenap penghuni perumahan dosen (perdos) Universitas Hasanuddin (Unhas) Tamalanrea dan perumahan sekitarnya. Mereka telah kehabisan akal menghadapi maraknya teror rampok di lingkungan mereka hidup. Wasiat leluhur warisan tetua dari kampung mereka untuk menjaga dan melindungi […]
Ia akhirnya meninggalkan Lorong ‘satu nol delapan’ – gang buntu – markas besar juragan kambing, kampoeng toea Baraya, kecamatan Bontoala, memasuki kawasan ‘kumuh’ utara Makassar. Di lorong itu, dirinya melepas masa kecil, menikmati masa remaja dan kemahasiswaannya, lingkungan yang amat […]
Jika kematian adalah wujud lain dari kekalahan, maka kekalahan demi kekalahan telah menerpanya. Kematian demi kematian terus merenggutnya. *** Kamus Bahasa Indonesia mengartikan ‘mati’ sebagai sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi: tidak bernyawa; tidak berasa lagi; padam; tidak dapat berbuat […]